Sejarah Kerajaan Dinasti Warmadewa – Luasnya wilayah nusantara menyebabkan munculnya berbagai kerajaan di berbagai daerah. Di daerah Bali misalnya, dulu ada dua kerajaan yang cukup besar. Diantaranya adalah Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Varmadeva.
Lantas bagaimana latar belakang sejarah dan pengaruh Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadeva di Bali? Simak ulasan berikut ini.
Sejarah Kerajaan Dinasti Warmadewa
Menurut buku History is Fun karya Ahmad Muhli Junaidi, ada lebih dari satu kerajaan di wilayah Bali. Namun, secara nasional, jangkauan kekuasaan dan pengaruhnya relatif kecil.
Modul Kerajaan Hindu Buddha Di Nusantara
Meski begitu, hubungan kerajaan Bali dengan kerajaan lain di luar cukup lama. Dimulai pada masa kepemimpinan Dharmawangsa.
Salah satu kerajaan di luar Bali yang memiliki ikatan dengan kerajaan di Bali yaitu kerajaan Medang di Jawa Timur. Hubungan kedua kerajaan itu terbentuk atas dasar perkawinan.
Merujuk pada buku “Sejarah Asyik” karya Ahmad Muhli Junaidi, dalam sejarah Bali, Buleleng menjadi terkenal pada masa pemerintahan Majapahit.
Kerajaan Bali, Kerajaan Dari Timur Pulau Jawa
Buleleng merupakan salah satu wilayah kabupaten di Bali. Letaknya yang berada di tepi laut menjadikan kawasan ini berkembang sebagai pusat perdagangan.
Mengutip buku Belajar IPS di SD/MI karya Julia Siska, berbagai hasil pertanian dikirim ke Buleleng melalui jalur darat. Misalnya beras, asam jawa, kapuk, kemiri dan bawang merah.
Dan tidak hanya itu, perkembangan perdagangan maritim antar pulau tidak terlepas dari peran kawasan ini. Ia juga menjelaskan bahwa Buleleng memiliki peran sentral dalam perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali.
Peninggalan Kerajaan Buleleng Dan Kehidupan Masyarakatnya
Kerajaan dinasti Varmadeva berkembang di Buleleng sekitar abad ke-10. Kerajaan ini disebutkan dalam prasasti Blanjong yang ditemukan di Sanur.
Kerajaan dinasti Varmadeva adalah kerajaan Buddha Mahayana. Raja-raja terkenal dari kerajaan ini adalah Indra Jayasinghe Varmadeva, Udayana dan Anak Wungsu.
Dalam buku Pembelajaran IPS di SD/MI karya Julia Siska, Raja Udayana merupakan salah satu raja besar Kerajaan Dinasti Varmadeva.
Raja Bali Yang Memiliki Kekuatan Delapan Dewa Dan Kerajaan Yang Hilang # 4
Sedangkan Anak Wungsu memiliki peran yang cukup berpengaruh di bidang perdagangan. Hal ini disebutkan dalam sebuah prasasti di Sembiran yang ditemukan tahun 1065 (Restu dalam Junaidi: 2020).
Sistem perdagangan pada masa Kerajaan Dinasti Varmadeva menggunakan sistem barter. Namun, tidak jarang masyarakat setempat menggunakan uang sebagai alat tukar.
Demikian penjelasan Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadeva di Bali. Kekuatan kedua kerajaan tersebut dalam bidang perdagangan mempengaruhi perkembangan kerajaan-kerajaan lain di Bali, nama Bali sudah dikenal pada masa pemerintahan Dinasti Tang di Tiongkok. Bali disebut Poli-li atau Dwa-pa-tan, yaitu negara yang terletak di sebelah timur Kerajaan Ho-ling. Orang Dwa-pa-tan memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan Ho-ling. Pada masa itu orang pandai menulis di atas daun lontar. Mereka berhasil menanam padi dengan baik. Setiap orang yang meninggal badannya diberi perhiasan emas yang ditaruh di mulutnya kemudian dibakar dengan minyak wangi.
Candi Gunung Kawi, Persemayaman Leluhur Raja Bali Dan Kadiri
Berita tertua tentang Bali berasal dari Bali sendiri, yaitu berupa beberapa segel tanah liat kecil berukuran 2,5 cm yang ditemukan di Pejeng. Prangko ini bertuliskan mantra Buddha dalam bahasa Sansekerta dan diyakini dibuat sekitar abad ke-8 Masehi. Adapun prasasti Bali tertua yang berangka tahun 882 Masehi, disebutkan bahwa di atas Bukit Cintamani diperintahkan untuk dibangun pertapaan dan loji. Nama raja yang memerintah saat itu tidak tertulis dalam prasasti tersebut. Demikian pula sebuah prasasti bertanggal 911 M hanya menjelaskan tentang pemberian izin kepada penduduk desa Turunan untuk membangun tempat pemujaan Batar da Tonto yang disakralkan.
Asal usul Kerajaan Bali dapat diketahui dari tiga prasasti yang ditemukan di Belongong (sanur), Panempahan dan Maletgede yang berangka tahun 913 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan aksara Nagari dan Kavi, sedangkan bahasanya adalah bahasa Bali Kuno dan Sansekerta. Tercatat dari sebuah prasasti seorang raja Bali bernama Kesarivarmadeva. Dia dinobatkan di Istana Singhadwala (Gerbang Istana Negara Bagian Singa). Dia adalah raja yang mendirikan dinasti Varmadeva di Bali. Dua tahun kemudian Kesarivarmadeva digantikan oleh Ugrasen. Raja Ugrasena, yang bertahta di istana Singhamandava, memerintah kerajaan tersebut hingga tahun 942 Masehi. Masa pemerintahannya bersamaan dengan masa pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan Mataram. Selama tujuh tahun berikutnya tidak diketahui raja mana yang akan menggantikan Ugrasena. Setelah itu, muncullah seorang raja Bali bernama Aji Tabenendra Varadeva (955-967).
Di pertengahan pemerintahan Tabenendra, muncul raja Bali lainnya pada tahun 960, yaitu Indra Jayasingha waradewa (Candrabhayasingha waradewa). Pengganti Candrabhayasingh, yaitu. Janasadu Varadeva (975-983), kemudian Vijaya Mahadevi (983-989). Setelah itu muncul seorang raja Bali bernama Udayana (989-1011) yang bergelar Sri Darmodayana varadeva. Udayana memerintah Kerajaan Bali bersama istrinya Gunapriya Dharmapatni, yang dikenal sebagai Mahendradatta. Dari perkawinan antara Udayana dan Mahendradatta lahirlah tiga putra, yaitu Airlanga, Marakatapanja dan Anak Wungsu. Ternyata Airlanga yang menjadi putra mahkota tidak pernah memerintah Bali, karena dia pergi ke Jawa Timur dan menikah dengan putri Dharmawangsa, raja Mataram. Oleh karena itu, penerus kerajaan Bali jatuh di bawah Marakatapangya (1011-1022). Itu dianggap sebagai kebenaran hukum yang selalu melindungi masyarakatnya. Ia juga memperhatikan kehidupan masyarakat agar dihormati dan dipatuhi. Pemerintahan Marakatathapanja berbarengan dengan pemerintahan Erlanga di Jawa Timur. Dari tahun 1022 sampai 1049 tidak ada berita tentang seorang raja yang memerintah Balia.
Solution: Ppt Kerajaan Buleleng Dan Dinasti Warmadewa Di Bali Pptx
Anak Wungsu (1049-1077) kemudian melanjutkan pemerintahan Marakatapangya. Ia dikenal sebagai raja yang penyayang terhadap rakyatnya. Ia selalu memikirkan kesempurnaan dunia yang ia kuasai. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil mencapai negara yang aman, damai dan sejahtera. Agama Hindu dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak Wungsu juga sempat membangun kompleks candi di Gunung Kavi (selatan Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar Bali. Karena perannya yang terkenal itu, Anak Wungsu kemudian dianggap oleh masyarakatnya sebagai titisan Dewa Hari (Dewa Kebaikan).
Putra Wungsu tidak meninggalkan putra. Raja-raja yang memerintah setelah Anak Wungsu adalah Valaprabhu dan Bhatara Mahaguru Dharmatunga Varadeva. Setelah itu, tidak ada lagi raja dari dinasti Varmadeva yang memerintah. Raja dinasti kedua yang muncul adalah Sri Jayasakti (1133-1150). Pemerintahan Jayasakti bersamaan dengan pemerintahan Raja Jayabhaya di kerajaan Kediri. Pada saat itu Buddhisme, Shaivisme dan Vaishnavaisme berkembang dengan baik. Sri Jayasakti disebut sebagai titisan Dewa Wisnu. Sebagai raja yang bijaksana, ia memerintah kerajaan berdasarkan pedoman hukum berdasarkan rasa keadilan dan kemanusiaan. Hukum yang berlaku adalah Uttara-Vidi-balavan dan Rajavakana.
Raja Bali terkenal lainnya adalah Jayapangus (1177-1181). Buku Usana Bali menyatakan bahwa Jayapangus memerintah setelah Jayakusunu. Dari 43 prasasti yang ditinggalkannya, Jayapangus menyebutkan banyak dari dua ratunya, yaitu Archayalanchana dan Sasangkayachina. Arkaya berarti putri matahari, sedangkan Sasangkaya berarti putri bulan. Setelah Jayapangus meninggal, raja-raja Bali yang memerintah tidak banyak diketahui, karena sedikit yang diketahui tentang sumber sejarahnya.
Kekuasaan Dinasti Kerajaan Sri Wijaya Di Bali
Keluarga kerajaan Bali menerima pengaruh budaya Hindu dan Budha di seluruh wilayah Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui karena Bali pernah diperintah oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Yakni pada abad ke-10 dari kerajaan Singhasari dan pada abad ke-14 dari kerajaan Majapahit. Apalagi ketika Majapahit jatuh, banyak penduduk yang tidak mau masuk Islam pindah ke Bali. Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Bali, ternyata jumlah pedanda (pendeta) agama Siwa bergelar Dang Acarya lebih banyak daripada pedanda Buddha bergelar Dang Upadhyaya. Hal ini menunjukkan bahwa agama Hindu lebih berpengaruh daripada agama Buddha. Namun, agama Hindu yang berkembang di Bali bercampur dengan adat setempat, sehingga Hindu khas Bali kini disebut Hindu Dharma.
Dari uraian prasasti Bali diketahui bahwa masyarakat Bali pada umumnya dapat mengolah sawah, Parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan (kebun) dan mmal (sawah gunung). Jenis tumbuhan yang terkenal antara lain padi gaga, kelapa, bambu, aren, kemiri, bawang merah, jahe, wortel dan lain-lain. Selain itu, masyarakat dapat beternak bebek, kambing, sapi, kerbau, anjing, kuda, ayam, babi, dan burung. Ternyata, hewan yang paling berharga saat itu adalah kudanya. Kuda adalah hewan yang paling cocok untuk membawa barang di daerah pegunungan. Aktivitas perdagangan pun sudah cukup maju. Di beberapa desa terdapat kelompok dagang yang disebut vanigrama (pedagang laki-laki) dan vanigrama (pedagang perempuan). Mereka memiliki kepala suku atau pejabat yang mengatur kegiatan perdagangan yang disebut Banirama atau Banigrama. Setiap aktivitas bisnis penduduk dikenakan pajak atau biaya yang digunakan untuk mengelola pemerintahan kerajaan.
Masuknya budaya Hindu-Buddha ke Bali berdampak besar bagi masyarakatnya. Sampai saat ini mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu. Agama Hindu di Bali bercampur dengan adat setempat, sehingga Hindu khas Bali disebut Hindu Dharma. Buddhisme juga berkembang, tetapi tidak secepat Hindu. Hal ini terlihat dari jumlah pendeta Hindu (Siwa) yang bergelar dangakarriya lebih banyak daripada pendeta Budha yang bergelar dangupadhyaya. Agama Hindu dan Budha dapat hidup berdampingan dengan damai, menunjukkan toleransi yang tinggi dalam masyarakat Bali.
Sejarah Singkat 7 Kerajaan Buddha Di Indonesia
Dalam bidang kebudayaan yang berkaitan dengan kehidupan beragama dapat kita temukan pada bangunan-bangunan dari zaman dahulu yang masih dapat kita lihat sampai sekarang, seperti candi dan tempat suci. Tinggalan bangunan candi, seperti Candi Padas Gunung Kavi. Sedangkan untuk peninggalan pura salah satunya adalah Pura Agung Besakih
Kerajaan buleleng dan dinasti warmadewa, kerajaan magadha dinasti maurya, kerajaan mataram kuno dinasti syailendra, sejarah kerajaan buleleng dan dinasti warmadewa, sejarah dinasti, makalah kerajaan buleleng dan kerajaan dinasti warmadewa di bali, kerajaan bali didirikan oleh dinasti, hanbok kerajaan dinasti joseon, dinasti kerajaan bali, sejarah kerajaan korea dinasti joseon, kerajaan buleleng dan dinasti warmadewa di bali, dinasti kerajaan china