Sejarah Kerajaan Enrekang – Massenrempulu berasal dari kata Massere-Bulu (Bugis) untuk daerah sekitar pegunungan. Istilah ini digunakan sejak masa kerajaan hingga berdirinya pemerintahan kabupaten pada tahun 1959. Pada saat terbentuknya pemerintahan kabupaten, daerah-daerah yang sebelumnya merupakan bagian dari konfederasi atau Federasi Massenrempulu dipecah menjadi beberapa distrik.
Dahulu merupakan bagian dari persekutuan, Riase Sidenreng dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Rappang, dan kerajaan Batulappa, Kassa dan Letta dimasukkan ke dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Pinrang. Binuang yang merupakan bagian dari Masserempulu pada awal persekutuan, kini menjadi bagian dari wilayah administratif Provinsi Sulawesi Barat.
Sejarah Kerajaan Enrekang
Saat ini Kecamatan Massenrempulu meliputi sebagian Negara Bagian Rappang Sidenreng Selatan, Kabupaten Pinrang bagian barat, seluruh wilayah Kabupaten Enrekang dan sebagian Kabupaten Polewali Mandar di Provinsi Sulawesi Barat.
Muhammad Sapri Andi Pamulu, Ph.d.: Sejarah Kerajaan & Silsilah Raja Raja Bone
SEJARAH MASENREMPULU jilid 1 mencoba mengungkap tentang Massenrempulu dari berbagai aspek diantaranya munculnya kerajaan-kerajaan di wilayah Massenrempulu yang mengalami dinamika dan dikenal masyarakat dengan sebutan Pitu Masserempulu dan kemudian Lima Massenrempulu.
Buku ini memaparkan raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam Federasi Massenrempulu pada masa Lima Massenrempulu. Berikut adalah nama-nama kerajaan yang pernah menguasai wilayah Massenrempulu:
Pembagian kerajaan Duri menjadi tiga, satu aliansi kerajaan disebut “Tallu Batupapan” dan karenanya Federasi Duri mulai muncul sejak saat itu. Berdasarkan masa pembagian wilayah diyakini bahwa pembagian wilayah kerajaan yang dikenal dengan sebutan Federasi Durian (Royal Union) pada akhir kekuasaan Pasalin sebagai Raja Durian terjadi pada awal abad ke-17. .
Mengenal Suku Oni Di Pedalaman Bone, Ini 3 Fakta Manusia Mini Yang Hidup Di Gua
Buku ini merupakan inspirasi masa kini dan visi pembangunan yang lebih baik di masa depan, salah satu pilihan bagi pengguna dan tersedia di Layanan Perpustakaan Umum, Jl. Sultan Alauddin Km.7 Tala’sapang Makassar.A. Biritta adalah salah satu pendekar yang memiliki keberanian dan kekuatan untuk memimpin masyarakat Enrekang ke medan perang. Pengungkapan perjuangan Biritta Bin Baso Enrekang tidak lain adalah bahwa semangat patriotisme dan martabat perjuangan dapat ditanamkan pada generasi muda sebagai pewaris cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Kisah perjuangan Biritta melawan Belanda di awal abad ke-19 bisa disebut sebagai kisah nasional. Mengapa membukanya untuk menganggapnya sebagai rangkaian perjuangan sejarah melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1905-1907.
Di Birit, sistem perlawanan menghadapi pasukan militer Belanda dalam tiga cara yang tidak terpisahkan. Puang Tosang memiliki tiga jenis perlawanan, yaitu:
Mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan rakyat, mereka membentuk pasukan utama atau pasukan khusus, yaitu pasukan yang berani mati dan tidak menyerah dari belenggu Tandung Mataran, Taji Malela Pallaping Arona.
Nawanawa: Candi Prambanan (candi Rara Jongrang) Di Sleman, Yogyakarta
Perang gerilya, yaitu menghindari pasukan Belanda dengan senjata yang lengkap dan modern, berbeda dengan senjata tradisional yang dimiliki para prajurit. Taktik perang gerilya adalah menyerang musuh saat lengah, lalu istirahat dan mundur setelah musuh menyerang.
Ia lahir di Enrekang pada tahun 1830 dari pasangan Baso Enrekang Bin Toalala Raja Enrekang IX dan Yellang. Berkat kepemimpinan Puang Baso beserta seluruh anggota keluarganya dan keluarga Toalala, kemudian ditingkatkan kondisi kehidupan masyarakat di sekitarnya, beliau mencapai puncak karirnya menjadi raja di Kerajaan Tondalun Papi Bambapuang. . Saat itu kerajaan Masserengpulu dalam keadaan bahaya karena tentara Belanda menyerang kerajaan-kerajaan di Lima Masserengpulu. Perlawanan cukup luas dan berlangsung selama beberapa tahun bukan hanya karena peran dan kemampuan Biritta dalam taktik perlawanan dan pengorganisasian perang gerilya, tetapi juga karena perlindungan Allah SWT dan dukungan menyeluruh dari rakyat dan situasi geografis. membentuk partisan.
Dengan semangat yang tak tergoyahkan, semboyannya adalah Bannang Kapa Mappesona, medan Malea Mamminasa Pa Passaranna, yang berarti “merah adalah lambang pemberani kain kafan yang memisahkan aku dalam perjuangan, inilah tujuan suci pengusiran, sekalipun robek. ” penjajah Belanda”.
Cerita Keunikan Gunung Nona Enrekang Berawal Dari Kutukan
SEBUAH. BIRITTA BIN BASO ENREKANG PUANG TOSANG TOALALA’ menceritakan perjuangan melawan penjajah Belanda di Kabupaten Enrekang di Kerajaan Tindalun Papi dengan rajanya Arung Tosang. acaranya seperti nama pertarungannya. Buku ini merupakan salah satu koleksi dari Dinas Penyimpanan, Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di Jalan Sultan Alauddin Km. 7 Tala’salapang-Makassar Kabupaten Enrekang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Pusat kecamatan terletak di kecamatan Enrekang. Kabupaten ini memiliki luas 1.786,01 km² dan berpenduduk 225.172 jiwa pada tahun 2021.
Sejak abad ke-14, daerah tersebut disebut Massenrempulu, yang berarti sisi gunung atau sepanjang gunung, dan nama Enrekang berasal dari kata Endeg, yang berarti naik atau mendaki, sehingga dinamai Endekan. Secara umum, sampai saat ini pun dalam penyelenggaraan pemerintahan, versi yang dikenal dengan sebutan “ENREKANG” versi Bugis memiliki arti lain, sehingga jelas dikatakan bahwa Kabupaten Enrekang merupakan daerah pegunungan. , karena Kabupaten Enrekang jelas terdiri dari pegunungan dan perbukitan, menempati ± 85% dari luas total sekitar 1.786,01 km².
Kabupaten Enrekang awalnya merupakan sebuah kerajaan besar bernama Malepong Bulan. Kerajaan ini kemudian dikenal dengan nama federasi “Pitue Massenrempulu” dengan federasi 7 wilayah/kerajaan yang dikenal dengan nama Manurung (terdiri dari kerajaan-kerajaan yang lebih kecil), yaitu:
Kebesaran Kerajaan Gowa, Dari 9 Kerajaan Secara Lengkap
Pitu (7) Massenrempulu’ muncul pada abad ke-14 M. Namun sekitar abad ke-17, Pitu (7) Massenrempulu’ berganti nama menjadi Lima Massenrempulu’ karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta tidak lagi tergabung dalam federasi. . Massenrempulu’.
Akibat kebijakan Deve et Impera, pemerintah Belanda kemudian membagi wilayah tersebut berdasarkan surat keputusan pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verklaring), yang menurutnya menjadi bagian dari Kerajaan Kasa dan Kerajaan Batu. Lappa. Savitto. Saat itu sekitar tahun 1905, sehingga kerajaan-kerajaan di sana terbagi sehingga Lima tetap berada di negara bagian Massenrempulu.
Macam-macam bentuk pemerintahan di wilayah Massenrempulu pada masa itu yaitu: 1. Kerajaan-kerajaan di Massenrempulu pada masa penjajahan Belanda secara administratif berubah menjadi Landcap. Masing-masing Lansekap dipimpin oleh seorang Arung (Zelftbesteur) dan dibantu oleh seorang Sulaluang dan seorang Pabtalk/Arung Lili, namun politik tetap berada di tangan Belanda sebagai pengawas. Kemudian ada Federasi Lima Massenrempulu: Buntu Batu, Malua, Alla’ (Tallu Batu Papan/duri), Enrekang (Endekan) dan Maiwa. Tahun 1912 sampai 1941 berubah lagi menjadi Onder Afdeling Enrekang yang dipimpin oleh seorang Auditor (Bapak Petoro). 2. Pada masa pendudukan Jepang (1941–1945), Onder Afdeling Enrekang berganti nama menjadi Kanrikan. Pemerintah dipimpin oleh satu Bunkem Kanrikan. 3. Pada masa NICA (NIT, 1946 – 27 Desember 1949), distrik Massenrempulu kembali menjadi Onder Afdeling Enrekang. 4. Kemudian pada tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan tahun 1960, Kabupaten Massenrempulu berganti nama menjadi Enrekang Kevedanaan, dengan pimpinan pemerintahan yang lebih tinggi disebut Kepala Pemerintahan Nasional Enrekang (KPN Enrekang), yang meliputi 5 (lima) pemerintahan sendiri yaitu :
Buttu Macca Enrekang Merupakan Lokasi Yang Tepat Untuk Menguji Adrenalin Anda
Yang menjadi catatan atau lembaran sejarah yang tidak bisa dilupakan adalah DAERAH TINGKAT DASWATI II/ENREKANG II atau KAWASAN MASSENREMPULU dalam perjuangan atau pembentukan Kecamatan Enrekang (5 DIRI SENDIRI). (Perhatikan bahwa apa yang kemudian disepakati disebut Kabupaten Dati II Enrekang mungkin karena latar belakang sejarahnya).
Kabupaten Enrekang yang beribukota di Enrekang terletak ± 235 km sebelah utara Makassar. Secara geografis Kabupaten Enrekang terletak pada koordinat antara 3°14’36” – 3°50’00” Lintang Selatan dan 119°40’53” – 120°06’33” Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.786,01 km² atau Provinsi Sulawesi Selatan 2,83 persen.
Topografi Wilayah Kabupaten Enrekang terutama memiliki topografi wilayah yang berbeda berupa perbukitan, gunung, lembah dan sungai pada ketinggian 47–3293 mdpl, serta tidak terdapat wilayah pesisir. Secara umum topografi Kabupaten Enrekang didominasi oleh perbukitan/pegunungan yang luasnya sekitar 84,96% dari luas wilayah Kabupaten Enrekang, sedangkan hanya 15,04% yang berupa dataran. Kabupaten Enrekang memiliki topografi berbukit dan bergunung serta banyak puncak gunung, seperti Gunung Bambapuang, Gunung Latimojong, Gunung Sinaji, dll.
Ketua Dpd Ri Minta Lawang Kuari Dilestarikan
Kabupaten Enrekang beriklim tropis berkisar antara 21°-32°C. Tingkat kelembaban relatif di daerah ini antara 77%-83%. Curah hujan di Kabupaten Enrekang tinggi sepanjang tahun dan curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 2.300 hingga 2.900 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 160 hingga 220 hari hujan per tahun.
Bahasa resmi dinas pemerintahan di negara bagian Enrekang adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Bahasa Badan Kebahasaan Tahun 2019, Kabupaten Enrekang memiliki dua bahasa daerah,
Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 kecamatan, 17 kelurahan dan 112 desa. Pada tahun 2017 kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.784,93 km² dan berpenduduk 239.707 jiwa, dengan kepadatan penduduk 134 jiwa/km².
Rais D. Adam Resmi Dilantik Sebagai Bupati Banggai Kepulauan » Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan
Berdasarkan PP no. UU NIT No. 34 Tahun 1962 dan NIT No. 44 Tahun 1960 membagi Sulawesi dan memasukkan Kabupaten Parepare yang dikenal sebagai Kabupaten Parepare lama sebagai fraksi, dimana Kabupaten Enrekang merupakan salah satu dari 5 (lima) daerah Kewedanan lainnya. Selanjutnya dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 (Lembaran Negara Nomor 74 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Tingkat II di Sulawesi) atau Daerah Daerah Otonom Tingkat II (DASWATI II), Kabupaten Parepare lama dimekarkan menjadi 5 (lima) DASWATI. II, yaitu:
Lima daerah gabungan sebelumnya disebut Afdeling Parepare. Dengan ditetapkannya DASWATI II Enrekang No. : No. 29 Tahun 1959 tentang Pemerintahan Daerah, maka pada tanggal 19 Februari 1960 sebagai kelanjutan dari H. ANDI BABBA MANGOPO diangkat sebagai bupati pertama dan DASWATI II didirikan sebagai Enrekang. atau Kabupaten Enrekang. Nomor 4, 5, 6 dan 7 tanggal 20 Agustus 2002 tentang pembentukan 4 (empat) daerah final dan Nomor 5 dan 6 tahun 2006 tentang pembentukan 2 daerah terkait dengan penetapan Peraturan Daerah. Bahwa ada 12 (dua belas) kecamatan tertentu. Selain itu, terdapat 112 desa/kelurakhan yang terdiri dari 17 kecamatan dan 95 desa dalam 12 kecamatan tertentu. Warga Kabupaten Enrekang