Sejarah Kerajaan Wajo Lengkap – “Orang Wajo bebas, bebas sejak lahir, itu adalah tanah abadi, dan hanya atas persetujuan tuannya.” (La Tiringeng To Taba, seorang negarawan Kerajaan Waho pada abad ke-15).
Kerajaan Wajo memiliki keunikan tersendiri di Sulawesi Selatan dan khususnya di Indonesia pada abad ke-15 dan ke-16, antara lain karena pemerintahannya diurus di tingkat pusat oleh sebuah dewan yang beranggotakan banyak orang, yang terdiri dari orang Wajo (=Wajo). rakyat) dapat berpartisipasi, secara langsung mempengaruhi jalannya pemerintahan dan mengakui hak kebebasan.
Sejarah Kerajaan Wajo Lengkap
James Brooke, ketika mengunjungi Wajo pada tahun 1840, melihat merosotnya institusi publik dan nilai-nilai budaya secara umum. Beberapa jabatan kerajaan kosong, termasuk Arung matoa, yang merupakan primus inter pares di antara 40 anggota dewan pemerintah pusat, yang disebut arung patapulo. Menurut James Brooke, arung matoa dipilih oleh enam perwira, termasuk tiga perwira militer, sedangkan pada abad ke-15, menurut versi Lontara Sukku’na Wajo (selanjutnya disingkat LSW), ia dipilih oleh tiga ranreng dan tiga ranreng. bate lompo . setelah mendengar dulu ide 30 arung dengan orang berbicara dan mungkin juga punggawa ina tau yang mewakili tiga bidang utama yang disebut limbo.
Perjanjian Raja Raja Bugis Zaman Dahulu
WAJO ABAD 15 – 16: Kajian Sejarah Tersembunyi Sulawesi Selatan oleh Lontara merupakan salah satu koleksi disertasi dari Badan Penyimpanan, Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang beralamat di Jalan Sultan Alauddin Km. 7 Talasalapang Makassar. Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap bab-bab tersembunyi sejarah Wajo yang terdapat dalam versi lontara yang aslinya dikumpulkan oleh Andy Mackaraka, mantan Ranreng Bettempola Wajo sebelum Perang Dunia II, yang ia beri nama Lontara Sukku’na Wajo. = Babad cerita Wajo lengkap) yang mana Haji Andi O’dang Karaeng Ladu dan Andi Tahir Hamid tergolong lontara terlengkap diantara sekian banyak lontara yang ada di Sulawesi Selatan dan Leiden. Lontar Sukku’na Wajo setebal 600 halaman.
Skripsi ini terdiri dari transkrip dan terjemahan lontara sukku’na Wajoi Andi Makkaraka, Arung Bettempola; masyarakat Lampulungeng dan Boli; Kerajaan Sinnottabi; Ulang Tahun Negeri Wajo; Peran Arung Simetempola dalam Memperbaiki Pemerintahan di Wajo; dan Wajo di bawah Raja pertama untuk yang keempat bergelar Arung Matoa; serta lampiran yang meliputi: daftar nama informan; wilayah yang ditaklukkan pada abad ke-15 dan ke-16 dan bergabung dengan Vaho; peta Kerajaan Wajo pada abad XV – XVI; Foto; daftar nama-nama kepala suku Lampulungeng, Bolo, Kerajaan Cinnottabi. dan Waho Pencapaian politik ini dimungkinkan sebagai hasil dari reformasi besar-besaran pemerintah dan militer, termasuk pembentukan birokrasi pertama di Sulawesi Selatan. Oleh sejarawan William P. Cummings, Goa digambarkan sebagai sebuah kerajaan di abad ke-16,
Bukti silsilah dan arkeologi menunjukkan bahwa dinasti Gowa dimulai sekitar tahun 1300 dengan perkawinan seorang wanita lokal dan kepala suku Bajau, suku pelaut nomaden. Pendirian Gowa merupakan bagian dari restrukturisasi umum masyarakat di Sulawesi Selatan, yang menyebabkan intensifikasi budidaya padi di lahan basah. Goa awalnya adalah negara agraris tanpa akses langsung ke laut. Tallo didirikan dua abad setelah seorang pangeran Goa melarikan diri ke pantai setelah dia dikalahkan dalam perselisihan atas takhta. Lokasi di laut memungkinkan negara baru ini memperoleh keuntungan lebih besar dalam perdagangan maritim daripada Goa.
Sejarah Kerajaan/ Kesultanan Makassar Gowa Tallo
Awal abad ke-16 merupakan titik balik dalam sejarah kedua negara. Karaeng (penguasa daerah) Goa Tumaparisi Kallonna menguasai wilayah pesisir dan memaksa Tallo menjadi sekutu pemuda Goa. Penerusnya, Tunipalangga, melakukan serangkaian reformasi untuk memperkuat wibawa kerajaan dan menguasai perdagangan di Sulawesi Selatan. Perang penaklukan Tunipalangga didukung oleh adopsi senjata api dan inovasi persenjataan lokal. Pengaruh Gowa tersebar di wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Sulawesi; kekuasaan raja dapat dirasakan dari Minahas sampai Selayar. Meskipun kampanye militer Goa untuk hegemoni menurun pada akhir abad ke-16, kerajaan terus berkembang dalam kemakmuran ekonomi dan kecanggihan administrasi. Fase pertama sejarah Gowa dan Tallo dianggap telah berakhir pada tahun 1593, ketika Karaeng Gowa yang otokratis digulingkan dan Mangkubumi Karaeng Matoaya menjadi penguasa de facto Gowa.
Perubahan demografis dan budaya juga terjadi pada awal sejarah Goa dan Tallo. Hutan hijau dibuka dan diubah menjadi sawah. Diperkirakan populasi meningkat sepuluh kali lipat antara abad ke-13 dan ke-16 karena jenis tanaman, pakaian, dan furnitur baru diperkenalkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Luasnya perubahan wilayah, pemerintahan, dan populasi ini membuat banyak ahli percaya bahwa Goa berubah dari sebuah kedatuan menjadi komunitas negara pada abad ke-16, meskipun pandangan ini tidak disetujui dengan suara bulat.
Empat suku bangsa mendiami semenanjung Sulawesi Selatan: suku Mandar di pantai barat laut, suku Toraja di daerah pegunungan di utara, dan suku Bugis di dataran rendah dan perbukitan di tanah dan perbukitan Mandar selatan. Tanah Toraja dan suku Makassar yang mendiami bagian selatan semenanjung (termasuk wilayah Gowa dan Tallo).
Pammana, Kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan
Sejak sekitar awal abad ke-13, masyarakat di semenanjung Sulawesi Selatan diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kepala suku berdasarkan rotasi tanaman.
Sejarawan Ian Caldwell mengklaim bahwa perkembangan peradaban awal Sulawesi Selatan “jauh terpisah dari teknologi asing dan elektronik”.
Kajian sejarah masa prakolonial di wilayah Makassar terutama bersandar pada patturioloang (“mengenai orang-orang terdahulu”) atau kronik Gowa dan Tallo.
Wajo, Kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan
Babad Gowa dan Babad Tallo memberikan gambaran tentang pertumbuhan Gowa-Tallo dari berdirinya dinasti hingga menjadi persatuan kerajaan yang paling berpengaruh di bagian timur Nusantara pada awal abad ke-17.
Menurut beberapa ahli yang mempelajari sejarah nusantara, narasi sejarah kronik Makassar tergolong “suci” dan “jujur” dibandingkan dengan narasi teks kronik dari Jawa.
Namun, menurut Cummings, teks-teks tersebut masih belum sama dengan kajian historiografis kontemporer yang melihat penulisan sejarah sebagai upaya untuk memahami masa lalu. Teks patturioloang, seperti namanya, lebih merupakan jenis silsilah yang berfokus pada penguasa dan keturunannya. Setiap bab dalam Tawarikh Gowa dan Tallo, terlepas dari urutan kronologis, disusun secara tematis mengikuti kehidupan penguasa.
Kebesaran Kerajaan Gowa, Dari 9 Kerajaan Secara Lengkap
Selain kronik, gaya penulisan sejarah Makassar lainnya adalah lontarak, yang sering diterjemahkan sebagai “Catatan harian raja” atau “kronik”.
Berbeda dengan patturioloang, pencatatan lontarak disusun secara kronologis menggunakan penanggalan Islam dan Masehi, dengan memperhatikan nama-nama bulan dari bahasa Portugis; ada kemungkinan tradisi pencatat ini sendiri dipengaruhi oleh Eropa.
Teks dengan gaya ini mencatat peristiwa penting seperti kelahiran dan kematian bangsawan, rencana pembangunan, kedatangan delegasi asing, bencana alam, dan peristiwa yang tidak biasa seperti gerhana matahari dan perjalanan komet.
Yang Ti Traveling: Wajo
Tradisi penulisan lontarak mengatakan hal itu mungkin baru dibuktikan pada tahun 1630-an; Catatan peristiwa sebelum periode ini sedikit frekuensinya dan terbatas pada materi pelajaran.
Ada beberapa catatan eksternal yang membahas tentang Sulawesi Selatan sebelum abad ke-16, salah satunya naskah Nagarakretagama Jawa abad ke-14 yang menyebutkan beberapa tempat di Sulawesi Selatan.
Catatan Tome Pires dari awal abad ke-16 memberikan deskripsi yang agak kabur tentang “negara banyak pulau” yang disebutnya “Makachar”.
Sejarah Nusantara Pada Era Kerajaan Islam
Catatan lain yang ditulis pada abad ke-16 dan ke-17 terbatas secara geografis. Baru setelah berdirinya Makassar pada awal abad ke-17, catatan sejarah wilayah asing menjadi lebih lengkap dan rinci.
Seorang wanita memegang mahkota Gova Salokoa. Terbuat dari emas dan berlian, Salokoa adalah pusaka kerajaan yang dapat ditelusuri kembali ke awal Goa dan telah menjadi simbol kekuasaan kerajaan sepanjang sejarah Goa.
Dinasti besar di Sulawesi Selatan menelusuri asal-usul mereka ke Tumanurung, ras makhluk langit berkulit putih yang muncul secara misterius, menikahi penguasa fana, dan menguasai umat manusia.
Sejarah Museum La Galigo Makasar Terlengkap
Tidak terkecuali Goa. Sebuah Kronik Gowa dari abad ke-17 secara khusus menyebutkan bahwa orang tua Karaeng Gowa pertama adalah raja-raja asing.
Bernama Karaeng Bayo dan seorang wanita tumanurung yang mendarat di kawasan Kale Gowa atas permintaan pemimpin setempat.
Pemerintahan Goa lahir ketika para pemimpin lokal, yang secara kolektif dikenal sebagai Bate Salapang (secara harfiah berarti “Sembilan Bendera”), bersumpah kepada Karaeng Bayo dan Tumanurung sebagai imbalan atas pengakuan hak tradisional Batte Salapang.
Kerajaan Bone (sejarah, Letak, Silsilah, Peninggalan)
Legenda Tumanurung umumnya dianggap oleh para arkeolog (termasuk Francis Dave Bulbek) sebagai interpretasi mitologis dari suatu peristiwa sejarah, yaitu perkawinan seorang penguasa Bajau dan seorang bangsawan setempat, yang keturunannya kemudian menjadi dinasti penguasa Goa.
Saat itu suku Bajau merupakan masyarakat utama yang membawa barang-barang dari Laut Sulu ke Sulawesi Selatan.
Hipotesis ini didukung oleh bukti arkeologi modern tentang munculnya elit penguasa di wilayah Kale Gova, termasuk penemuan keramik impor dalam jumlah besar.
Danau Tempe Bagian Dari Sejarah Kabupaten Wajo: Bab Iii
Pendirian Gowa sekitar tahun 1300 merupakan bagian dari perubahan besar di Sulawesi Selatan yang menyebabkan apa yang disebut Bulbeck dan Caldwell sebagai “Periode Awal Sejarah”.
Perdagangan dengan bagian lain nusantara berkembang di semenanjung. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan beras dari Sulawesi Selatan yang berujung pada sentralisasi politik dan intensifikasi beras.
Kepadatan penduduk telah meningkat sejak praktik pertanian intensif digantikan oleh penanaman padi intensif, yang baru diperkenalkan dari kepulauan barat. Di dalam semenanjung yang sudah hancur dan berkembang, permukiman baru dibuat.
Kunjungi Museum Keraton Surakarta, Menko Pmk: Perlu Dipugar
Perubahan ini dibarengi dengan munculnya negara bagian baru yang berbasis pada pertanian padi lahan basah, seperti negara bagian Bugis Bo dan Wajo.
Pengasingan Karaeng Loe ri Sero dari Sero dan berdirinya Tallo, akhir abad 15. Sungai Jeneberang yang mengalir dari selatan Makassar dikenal dengan nama lama “Sungai Garassi”.
Sumber-sumber Makassar mengatakan bahwa Tallo didirikan sebagai pecahan dari Dinasti Gowa pada akhir abad ke 15. Terjadi perebutan tahta antara kedua putra Karaeng Gowa keenam Batara Gowa dan adik laki-lakinya.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Wajo
Kerajaan wajo, sejarah kerajaan sriwijaya lengkap, sejarah kerajaan wajo, sejarah lengkap kerajaan majapahit, sejarah kerajaan singasari lengkap, sejarah kerajaan tarumanegara lengkap, sejarah kerajaan, sejarah kerajaan pajajaran lengkap, sejarah kerajaan aceh lengkap, sejarah lengkap kerajaan kalingga, sejarah kerajaan bali lengkap, sejarah wajo