Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia– Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam. Kehadiran agama Islam di Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Gujarat dan Arab.
Peninggalan Kerajaan Islam Beserta Sejarah Singkatnya
Sedangkan penyebarannya yang luas tidak lepas dari berdiri dan berjayanya banyak kerajaan Islam di Nusantara pada zaman dahulu.
Terdapat banyak bukti yang memperlihatkan betapa berpengaruhnya kerajaan-kerajaan tersebut pada masa lampau. Saat ini kita dapat melihat sisa-sisa kejayaan mereka melalui berbagai peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut.
Nah, berikut ini terdapat sederet peninggalan kerajaan Islam beserta sejarah singkatnya.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan atau Kesultanan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang menganut agama Islam pertama di Nusantara. Pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Marah Silu atau Sultan Malik Al Saleh.
Karena sudah memerintah sangat lama,
Kerajaan Samudera Pasai pun meninggalkan banyak peninggalan berharga. Apa saja itu?
- Dirham
Dirham |
Dirham merupakan mata uang sah di wilayah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai. Dirham berwujud koin emas yang terbuat dari 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm serta bermutu 17 karat.
Baca juga : Sejarah Singkat Kerajaan Islam di Indonesia
- Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin |
Seperti namanya, naskah surat ini ditulis oleh Sultan Zainal Abidin, seorang penguasa Kerajaan Samudera Pasai terakhir. Ia menulis naskah surat tersebut sebelum ia meninggal pada tahun 1518 Masehi atau 923 Hijriah. Diketahui surat ini ditulis dalam Bahasa Arab yang mana menceritakan keadaan Kerajaan Samudera Pasai di detik-detik terakhirnya setelah serangan yang hebat dari bangsa Portugis.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
Surat ini ditulis untuk wakil raja Portugal bernama Kapitan Moran yang berada di India. Selain menceritakan keadaan Kerajaan Samudera Pasai saat itu, dalam naskah tersebut juga ditulis nama-nama kerajaan yang beraliansi dengan Samudera Pasai seperti Mulaqat (Malakan) dan Fariyaman (Pariaman).
- Cakra Donya
Cakra Donya |
Cakra Donya merupakan hadiah pemberian dari Kekaisaran Cina yang tengah berkuasa saat itu untuk Kesultanan Samudera Pasai pada tahun 1409 M. Karena memang pada saat itu hubungan diplomatik antara Kesultanan Samudera Pasai dan Kekaisaran Cina berjalan sangat baik.
Hadiah istimewa ini merupakan sebuah lonceng berbentuk stupa kecil dengan tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Nama Cakra berarti poros kereta, matahari, cakrawala dan lambang-lambang Wishnu. Sedangkan Donya berarti dunia.
Pada permukaan luar lonceng tersebut, terdapat dua jenis aksara, yaitu Arab dan Cina. Untuk aksara Arabnya sudah aus hingga tidak lagi jelas terbaca. Sementara aksara Cina tersebut berbunyi “Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo” atau yang berarti Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5.
- Stempel Kerajaan Samudera Pasai
Stempel Kerajaan Samudera Pasai |
Stempel atau cincin yang berguna sebagai cap kerajaan ini diduga merupakan milik sultan kedua Kerajaan Samudera Pasai bernama Sultan Muhammad Malikul Zahir. Dugaan ini merupakan hasil penelitian dari tim peneliti sejarah kerajaan Islam.
Stempel bersejarah ini ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini memiliki ukuran 2×1 cm dengan bahan pembuatan dari tanduk hewan. Pada saat ditemukan, kondisi stempel cap tersebut dalam keadaan patah pada bagian gagangnya.
Baca Juga : 10 Bukti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara dari Prasasti sampai Fa Kuo Chi
Terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa stempel ini digunakan secara turun temurun oleh para sultan Kerajaan Samudera Pasai hingga kerajaan tersebut runtuh di tangan penjajah Portugis.
- Nisan Sultan Malik As-Shalih
Njsan Sultan Malik As-Shalih |
Bentuk nisan ini memiliki nilai seni yang menarik dimana terdapat ukiran sayap dan mahkota bersusun dua di atasnya. Batu nisan ini memiliki dua sisi yang mana masing-masing sisinya terdapat kaligrafi Arab.
Pahatan kaligrafi itu dibagi menjadi 3 panel pada tiap sisi nisan tersebut. Menurut Asminidar (2016:410), pahatan kaligrafi Arab tersebut berarti begini : “ini kubur adalah kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasehat, yang terkenal, yang berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar dengan Sultan Malik As-Salih. Tanggal wafat, bulan Ramadhan tahun 696 Hijrah/1297 Masehi)”.
2. Kerajaan Aceh Darussalam
Nama daerah Aceh tentu tidak asing di telinga orang Indonesia. Aceh menjadi terkenal terutama karena julukannya sebagai Serambi Mekkah. Hal ini bisa terjadi karena pada masa kejayaan Kesultanan Aceh, ilmu agama Islam sangat berkembang pesat dan pengaruhnya sangat kuat.
Kesultanan ini didirikan oleh salah satu keturunan seorang pemuda kuat dari Kerajaan Perlak bernama Meurah Johan. Karena jasanya yang gemilang dalam membantu Kerajaan Indra Purba dalam melawan tentara Cina, ia dijadikan menantu seorang raja Kerajaan Indra Purba, Maharaja Indra Sakti.
Setelah Maharaja Indra Sakti meninggal, Meurah Johan sebagai menantu pun naik tahta dan bergelar Sultan Alaidin Johan Shah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Indra Purba diubah namanya menjadi Kerajaan Darussalam.
Nama itu terus dipakai hingga keturunannya yang ke-11 yaitu Sultan Ali Mughayat Shah. Pada masa pemerintahannya tersebut, Kerajaan Darussalam merubah lagi namanya menjadi Kerajaan Aceh Darussalam.
Baca juga : Sejarah Singkat Kerajaan Banten
Masa-masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam tentu tidak hanya melahirkan kuatnya agama Islam saja. terdapat beberapa peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih bisa Anda lihat.
- Makam Sultan Iskandar Muda
Makam Sultan Iskandar Muda (sumber:kebudayaan.kemdikbud.go.id) |
Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu raja dari Kerajaan Aceh Darussalam yang sangat terkenal. Diketahui bahwa Sultan Iskandar Muda berhasil mengantarkan kerajaannya pada puncak kejayaannya pada masa tersebut.
Karena keterampilan dan kerja kerasnya, Kerajaan Aceh Darussalam menjadi kerajaan yang sangat kuat dan disegani oleh kerajaan-kerajaan sekitarnya. Oleh sebab itulah, makamnya menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang terkenal.
Makam Sultan Iskandar Muda berada di Kompleks Baperis Museum Aceh, tepatnya di samping pendopo Gubernur Aceh. Sultan yang gemilang ini meninggal pada 27 Desember 1636 pada usia 43 tahun.
- Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman (sumber:Kompas) |
Bila berbicara soal Aceh, tampaknya salah satu tempat yang paling terkenal adalah Masjid Raya Baiturrahman. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang berkunjung ke masjid bersejarah tersebut ketika menginjakkan kakinya di tanah Aceh.
Ada dua versi soal siapa penggagas dibangunnya masjid megah ini. Ada sumber yang mengatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda. Namun versi lain menyebutkan bahwa masjid ini didirikan oleh Sultan Alaudin Johan Mahmudsyah, seorang sultan ke-25 dari Kerajaan Aceh Darussalam.
Dalam sejarah, masjid besar ini menjadi salah satu bangunan yang sangat penting, terutama pada masa penjajahan. Masjid Raya Baiturrahman seringkali dijadikan markas pertahanan terhadap serangan musuh.
Selain itu, tempat ini pula juga kerap dijadikan lokasi pemungutan suara saat musyawarah, salah satunya untuk menyusun strategi perang. Kemungkinan besar, karena melihat betapa pentingnya bangunan ini bagi pihak Kerajaan Aceh, Belanda sempat membakar masjid ini dua kali.
- Benteng Indra Patra
Benteng Indra Patra (sumber:Wikipedia) |
Meskipun tidak dibangun langsung oleh Kerajaan Aceh Darussalam, namun kehadiran benteng dengan ukuran 4.900 meter persegi ini sangat diandalkan pada masa kejayaan Kerajaan Islam Aceh. Benteng ini telah berperan penting dalam menahan serangan Bangsa Portugis yang saat itu sedang gencar-gencarnya menyerbu Aceh.
Diketahui bahwa benteng ini dibangun pada masa Hindu Aceh, tepatnya pada tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya dari India. Saat itu ia sedang melarikan diri dari kejaran Bangsa Huna. Sesampainya Putra Raja Harsya di Aceh juga menjadi masa berkembangnya agama Hindu di Aceh saat itu.
Setelah pengaruh kerajaan Hindu surut dan digantikan oleh Kerajaan Islam Aceh, benteng yang kokoh ini pun dimanfaatkan sebagai basis pertahanan. Seorang sultan yang berhasil merebut benteng ini dari tangan Portugis adalah Sultan Iskandar Muda.
- Uang Emas
Uang Emas |
Layaknya Kerajaan Samudera Pasai yang memiliki Dirham sebagai mata uangnya, Kerajaan Aceh Darussalam juga memiliki mata uang sendiri, yaitu Uang Emas. Mata uang ini digunakan sebagai alat transaksi utama di seluruh wilayah Kerajaan Aceh hingga kedatangan bangsa Portugis di wilayah tersebut pada tahun 1521.
Uang Emas pernah ditemukan di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh dengan jumlah 300 keping. Penemuan tersebut tentu saja mendukung keaslian sejarah dan membantu para peneliti untuk melihat seperti apa pola transaksi Kerajaan Aceh saat itu.
- Meriam Kesultanan Aceh
Meriam Kerajaan Aceh |
Setidaknya terdapat tiga buah meriam yang saat ini ditemukan di lokasi yang dulunya merupakan wilayah Kerajaan Aceh Darussalam di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Tiga meriam bersejarah tersebut berada di Kecamatan Aringan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat.
Baca Juga : Bukti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Sesuai fungsi utamanya yaitu sebagai senjata berat pertempuran, tiga meriam ini digunakan untuk berperang, khususnya dalam mempertahankan wilayah Kerajaan Aceh dari serangan penjajah, seperti Belanda dan Portugis.
- Taman Sari Gunongan
Taman Sari Gunongan |
Setidaknya terdapat enam situs sejarah peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam. Namun, hanya Taman Sari Gunongan yang dibangun sebagai tanda cinta Sultan Iskandar Muda yang besar terhadap istrinya, yaitu Puteri Kamaliah, salah satu putri Sultan Putroe Phang dari Pahang.
Latar belakang dibangunnya Taman Sari Gunongan adalah untuk mengobati rasa rindu sang tuan putri terhadap kampung halamannya sebelum menikah dengan Sultan Iskandar Muda. Setelah selesai dibangun, taman yang besar dan indah tersebut digunakan sebagai tempat bermain istrinya bersama para pembantunya.
3. Kerajaan Demak
Sebelum menjadi sebuah kerajaan Islam yang cukup berpengaruh, wilayah Demak hanyalah sebatas sebuah kabupaten dari Kerajaan Majapahit. Namun, dengan tekad dari Raden Patah dan dukungan dari para Wali Songo serta bupati di daerah sekitar Demak, maka Kerajaan Demak berdiri.
Ya, kerajaan Islam pertama di Jawa ini berdiri pada tahun 1481 M dengan Raden Patah sebagai raja atau sultan pertamanya. Kerajaan ini lebih dikenal sebagai pelopor penyebar agama Islam di tanah Jawa daripada sisi militernya.
Meskipun berdiri dan berkuasa dalam kurun waktu yang cenderung singkat, Kerajaan Demak memiliki beragam peninggalan bersejarah yang bisa kita lihat hingga saat ini.
- Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak |
Masjid Agung Demak berlokasi di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Pembangunannya digagas oleh Raden Patah sendiri dengan dukungan para Wali Songo.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Demak
Masjid besar ini dibangun dengan gaya arsitektur khas Indonesia. Atapnya menggunakan model limas bersusun tiga yang melambangkan Ihsan, Islam dan Iman. Selain atap, bagian-bagian lainnya seperti tiang dan pintunya juga memiliki sejarah dan artinya sendiri.
- Pintu Lawang Bledeg
Bledeg |
Pintu Lawang Bledeg atau Pintu Petir merupakan pintu tengah pada bangunan Masjid Agung Demak. Pemberian nama petir pada pintu ini berdasarkan pembuatnya, yaitu Ki Ageng Selo yang konon merupakan orang sakti yang mampu menaklukan petir.
Lawang Bledeg ini memiliki motif yang menarik. Terdiri dari motif tumbuh-tumbuhan, suluran, jambangan mahkota, kepala naga dengan mulut terbuka yang melambangkan petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo.
- Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga |
Siapa yang tidak kenal Sunan Kalijaga? Beliau merupakan salah satu dari 9 Wali atau Wali Songo. Makamnya berada di Kadilangu, 2 kilometer dari pusat kota Demak. Selain makam Sunan Kalijaga, di situ juga terdapat makam raja pertama Kerajaan Demak, yaitu Raden Patah beserta keluarganya.
Karena Sunan Kalijaga merupakan orang yang sangat dihormati, tidak heran bila makamnya hingga saat ini tidak pernah sepi peziarah yang datang dari dalam dan luar negeri.
- Situs Kolam Wudu
Situs Kolam Wudu |
Situs sejarah ini masih berada dalam satu kompleks Masjid Agung Demak. Fungsinya sebagai tempat wudu, terutama pernah digunakan langsung oleh para Wali Songo membuat tempat ini sangat bersejarah.
Selain itu, Situs Kolam Wudu juga sempat digunakan sebagai tempat sayembara untuk memilih sultan keempat di Kasultanan Demak Bintoro.
- Dampar Kencana
Dampar Kencana |
Apa itu Dampar Kencana? Dampar Kencana merupakan singgasana raja yang sekaligus menjadi mimbar khotbah di Masjid Agung Demak. Dampar Kencana ini merupakan hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi untuk Raden Patah saat penobatannya sebagai raja di Kasultanan Demak Bintoro.
Meskipun begitu, Dampar Kencana saat ini tidak digunakan lagi seperti dahulu dan hanya disimpan di Museum Masjid Agung Demak.
- Maksurah atau Maksuroh
Maksurah |
Maksurah adalah sebuah ruangan berbentuk persegi panjang dengan dinding yang dihiasi ukiran kaligrafi. Ruangan ini dibangun khusus untuk para raja dan ulama. Bila menilik dari prasasti yang ada, ruangan Maksurah atau Maksuroh ini dibuat pada tahun 1287 H atau 1866 Masehi yang berarti ketika Demak di bawah pemerintahan Adipati Demak R.M.H.Aryapur.
- Piring Campa
Piring Cempa |
Piring Campa dibuat dari porselen dengan jumlah 65 buah yang dipajang di dalam Masjid Agung Demak sebagai dekorasi ruangan. Piring Campa merupakan hadiah ibu Raden Patah, Siu Ban Ci.
4. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan berlatar belakang Islam yang terkenal di wilayah Jawa Barat. Kerajaan ini menjadi penting karena wilayahnya merupakan jalur pelayaran dan perdagangan antar pulau di Nusantara.
Lokasinya berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letaknya di perbatasan, maka tidak heran bila kebudayaan di sana merupakan hasil campuran antara Jawa dan Sunda. Kerajaan Islam ini didirikan di Dalem Agung Pakungwati atau Keraton Kasepuhan Cirebon pada abad 15 Masehi.
Sebagai sebuah kerajaan, Kerajaan Cirebon juga memiliki peninggalan bersejarah yang bisa kita lihat hingga kini. Berikut adalah peninggalan Kerajaan Cirebon :
- Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon |
Keraton ini juga biasa disebut sebagai Keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cerbon pada tahun 1430. Sebelumnya, tempat ini disebut sebagai Dalem Agung Pakungwati.
Namun, karena kecintaan Pangeran Cakrabuana terhadap istrinya, yaitu Ratu Ayu Pakungwati, maka nama keraton ini diganti menjadi Keraton Pakungwati. Hingga saat ini Anda masih bisa melihatnya dalam kondisi yang sangat terawat.
- Keraton Kanoman
Keraton Kanoman |
Keraton Kanoman dibangun oleh Pangeran Mohammad Badridin atau Pangeran Kertawijaya. Luas bangunan ini hingga 6 hektar dan berfungsi sebagai tempat tinggal kesultanan ke-12 yaitu Sultan Muhammad Emiruddin beserta keluarganya.
Di kompleks keraton ini ada dua kereta yang merupakan peninggalan Kerajaan Cirebon, yaitu Kereta Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana.
- Keraton Kacirebon
Keraton Kacirebon |
Dibangun untuk menyimpan barang-barang bersejarah seperti keris, wayang, alat musik dan alat perang, Keraton Kacirebon dibangun pada tahun 1800 Masehi. Lokasinya beradai Kelurahan Pulaseren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
- Keraton Keprabon
Keraton Keprabon |
Peninggalan Kerajaan Cirebon yang satu ini menjadi tempat pembelajaran yang dibangun oleh pangeran Kesultanan Kanoman, yaitu Raja Adipato Keprabon.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Cirebon Islam
Tujuan Raja Adipati Keprabon membangun Keraton Kacirebon ini bukan sebagai tempat pemerintahan, melainkan sebagai tempat untuk memperdalam ilmu agamanya.
- Masjid Sang Cipta Rasa
Masjid Sang Cipta Rasa |
Masjid Sang Cipta Rasa menjadi masjid tertua di Cirebon, karena dibangun pada tahun 1849. Namanya terdiri dari Sang yang berarti Keagungan, Cipta yang berarti Dibangun dan Rasa yang berarti Digunakan.
Ada sumber yang menyatakan bahwa terdapat 500 pekerja yang digunakan untuk membangun masjid besar ini. Para pekerja tersebut didatangkan dari Majapahit, Demak dan Cirebon. Perencana pembangunannya oleh Sunan Gunung Jati dan arsiteknya adalah Sunan Kalijaga dan Raden Sepat.
- Makam Sunan Gunung Jati
Makam Sunan Gunung Jati |
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang dihormati sebagai penyebar agam Islam di Indonesia. Maka dari itu, tidak heran bila makamnya yang berada di Gunung Sembung tidak pernah sepi pengunjung.
Para pengunjungnya pun tidak hanya dari daerah Cirebon dan sekitarnya saja, melainkan juga dari luar negeri. Sunan Gunung Jati atau yang akrab dipanggil Syarif Hidayatullah ini tergabung di antara Wali Songo atau 9 wali.
- Patung Macan Putih
Patung Macan Putih |
Patung 2 ekor macan putih ini dibangun sebagai lambang keluarga besar Pajajaran yang merupakan keturunan dari Maharaja Prabu Siliwangi. Patung yang menarik ini berada di depan keraton-keraton di Cirebon, khususnya Keraton Kasepuhan.
Meskipun patung ini awalnya memiliki tujuan yang biasa saja, yaitu sebagai lambang keluarga keturunan Maharaja Prabu Siliwangi, namun saat ini banyak masyarakat menganggap bahwa dua macan tersebut adalah penjaga suatu tempat mistis dan sakral.
5. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam memiliki nilai historis di dua kota modern Indonesia, yaitu Jogjakarta dan Surakarta atau Solo. Kerajaan Mataram dengan corak Islam ini dibangun oleh Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati.
Rentang waktu kekuasaan kerajaan ini pun juga sangat lama, yaitu antara abad 16 hingga ke 18 Masehi. Puncak kejayaan kerajaan ini saat dipimpin oleh Sultan Agung yang berkuasa dari 1613 hingga 1645.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kerajaan ini memiliki nilai historis di dua kota, yaitu Yogyakarta dan Solo karena perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Perjanjian ini membuat Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua.
Lantas, bukti historis atau peninggalan bersejarah apa saja yang bisa kita lihat dari Kerajaan Mataram Islam ini?
- Masjid Kotagede
Masjid Kota Gede |
Seperti namanya, Masjid Kotagede ini terletak di kawasan Pasar Kotagede, Jogjakarta. Tahun pembangunan masjid ini tidak diketahui, namun bisa diperkirakan bahwa pembangunannya sudah dimulai sejak berdirinya Kerajaan Mataram lahir.
Terdapat kisah legenda yang mengatakan bahwa terdapat bedug ajaib yang dibuat oleh rakyat secara bersama-sama. Namun anehnya, bedug ini tidak bisa dipindahkan meskipun dengan dengan tenaga yang besar sekalipun.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Lantas, suatu ketika terdapat seorang perempuan yang mampu memindahkan bedug tersebut. Makan wanita itu masih bisa ditemui di sebelah Masjid Mataram.
- Meriam Segara Wana dan Syuh Brata
Meriam Segara Wana |
Kerajaan Mataram Islam mendapatkan kedua meriam ini dari JP Coen, seorang pemimpin militer Belanda. Pihak Belanda memberikan meriam ini sebagai hadiah karena pihak Kerajaan Mataram Islam mau menerima mereka dalam melakukan perjanjian.
Saat ini, Anda bisa melihat meriam Segara Wana dan Syuh Brata di depan Keraton Surakarta. Polesan warna yang indah pada meriam ini akan membuat Anda kagum saat melihatnya.
- Pertapaan Kembang Lampir
Pertapaan Kembang Lampir |
Kembang Lampir merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan untuk mencari wahyu Karaton Mataram. Letak tempat pertapaan ini beradai di Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Di tempat tersebut terdapat tiga patung pendiri dinasti Kerajaan Mataram Islam, yaitu Ki Ageng Pemanahan, Panembahan Senapati dan Ki Juru Mertani.
- Kitab Sastra Gending
Kitab Sastra Gending |
Kitab Sastra Gending ditulis oleh Sultan Agung ketika ia menyerang Batavia dalam misi penaklukan basis VOC. Kitab ini memuat sederet ajaran filsafat serta kitab Nitisruti, Nitisastra dan Astabrata yang mana berasal dari Kitab Ramayana.
Inti dari isi kitab tersebut adalah cara bagaimana menjadi manusia yang memiliki sifat yang baik terhadap seluruh alam semesta.
- Masjid Agung Gedhe Kauman
Masjid Agung Gedhe Kauman |
Sebagai kerajaan dengan corak Islam, tidak heran bila Kerajaan Mataram Islam mendirikan masjid agung. Nah, Masjid Agung Gedhe Kauman ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I yang sekaligus juga pendiri Kesultanan Yogyakarta.
Masjid besar ini dibangun pada 27 Mei 1773 dan terus mengalami pemugaran hingga sultan-sultan berikutnya. Awalnya, masjid ini hanya berwujud bangunan utamanya saja. Namun, karena bertambahnya jemaah, maka diputuskan untuk diperluas dan ditambahkan juga serambi masjid.
Serambi Masjid Agung Gedhe Kauman ini digunakan untuk mengadili terdakwa menurut hukum Islam, pengadilan cerai, tempat pengajian dan pernikahan dan bahkan pertemuan para ulama.
6.Kerajaan Banten
Kerajaan Banten didirikan oleh seseorang bernama Syarif Hidayatullah atau yang biasa disebut sebagai Sunan Gunung Jati. Meskipun menjadi pendiri Kerajaan Banten, Sunan Gunung Jati tidak pernah menjadi raja kerajaan yang ia bangun tersebut.
Hadirnya Sunan Gunung Jati sebagai pendiri Kerajaan Banten tidak lepas dari aksi perluasan wilayah Kerajaan Demak ke wilayah Jawa Barat hingga Batavia. Selain untuk perluasan wilayah, Kerajaan Demak juga ingin menyebarkan agama Islam.
Seseorang yang berperan secara langsung dalam perluasan wilayah tersebut adalah anak dari Sunan Gunung Jati sendiri, yaitu Maulana Hasanuddin atau Fatahillah. Di tengah perluasan wilayah dan dakwah tersebut, Fatahillah mendirikan benteng pertahanan yang disebut benteng Surosowan.
Ketika Kerajaan Demak mulai melemah,Banten memisahkan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Semenjak itulah Kerajaan Banten lahir sebagai kerajaan yang merdeka. Saat ini, kita masih bisa melihat sisa-sisa kejayaan Kerajaan Banten dari peninggalan sejarahnya.
Berikut peninggalan sejarah Kerajaan Banten yang bisa Anda ketahui.
- Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten |
Masjid Agung Banten dibangun oleh anak dari Sunan Gunung Jati, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin atau Fatahillah. Pembuatan masjid megah ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu antara 1552 hingga 1579 Masehi.
Adapun ciri khas masjid ini yaitu memiliki mercusuar dengan bangunan mirip pagoda Cina yang di dalamnya terdapat makam sultan dan keluarganya.
- Danau Tasikardi
Danau Tasikardi |
Danau Tasikardi merupakan danau buatan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, sultan ketiga di Kerajaan Banten antara 1570 hingga 1580. Danau ini memiliki lapisan keramik dan batu bara. Tidak heran bila penampilannya indah dan banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Banten
Bila Anda ingin mencoba berkunjung ke danau buatan ini, Anda bisa kunjungi Kampung Kamasan, Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Meskipun digagas oleh sultan Banten, namun arsiteknya merupakan seorang Belanda yang melarikan diri dari Batavia bernama Hendrick Lucasz Cardeel.
- Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk |
Meriam ini konon memiliki tembakan yang sangat jauh dan ledakan yang besar. Maka dari itu, tidak heran bila namanya adalah Meriam Ki Amuk. Meriam hebat ini merupakan hadiah dari Sultan Trenggana yang berasal dari Kerajaan Demak untuk Kesultanan Banten pada sekitar tahun 1527 Masehi.
Diketahui bahwa bahan pembuatan meriam ini menggunakan perunggu dengan bobot mencapai 7 ton dan panjang sekitar 341 cm dan diameter 70 cm. Sedangkan untuk diameter mulutnya mencapai 34 cm.
- Istana Keraton Kaibon
Istana Keraton Kaibon |
Istana Keraton Kaibon merupakan tempat tingga ibu dari Sultan Saifudin bernama Ratu Aisyah. Istana yang megah ini dibangun pada tahun 1815. Alasan dibangunnya Keraton Kaibon ini adalah karena pada saat itu Sultan Saifudin yang merupakan sultan ke-21 Kerajaan Banten masih berusia 5 tahun.
Nama Kaibon sendiri berarti bersifat keibuan yang lemah lembut dan kasih sayang. Lokasi Istana Keraton Kaibon ini berada di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen.
- Istana Keraton Surosowan
Istana Keraton Surosowan |
Istana Keraton Surosowan merupakan istana yang dibangun sebagai tempat atau pusat pemerintahan Kerajaan Banten. Berbeda dengan Keraton Kaibon, Keraton Surosowan merupakan tempat tinggal sultan dan keluarganya serta para pengikutnya.
Istana keraton ini dibangun kira-kira pada tahun 1526 hingga 1570 saat manakala Kerajaan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanudin. Menurut sejarah, keraton sekaligus benteng ini sudah pernah dua kali diserang oleh Belanda.
Pada penyerangan kedua pada tahun 1813, Istana Keraton Surosowan benar-benar hancur seperti Kaibon. Meskipun sudah pernah diperbaiki dan diberi dinding tambahan, tetap saja tidak sanggup menahan gempuran pasukan Belanda kala itu.
- Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk |
Zaman dahulu Benteng Speelwijk berdiri megah dengan tinggi sekitar 3 meter dan dibangun oleh Hendrick Lucaszoon Cardeel pada tahun 1681 hingga 1684. Nama Speelwijk pada benteng tersebut ditujukan untuk menghormati Gubernur Hindia Belanda waktu itu yaitu Cornelis Janszoon Speelman.
Benteng yang megah ini konon tidak memanfaatkan tenaga orang Sunda atau Jawa, melainkan menggunakan tenaga orang Tionghoa dengan upah yang sangat murah. Meskipun saat ini hanya tersisa reruntuhannya saja, namun kita masih bisa membayangkan gambaran bentuk Benteng Speelwijk tersebut melalui sisa-sisa dindingnya yang masih berdiri kokoh.
7. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan dengan corak Islam yang berdiri di Kepulauan Maluku. Seperti layaknya Kesultanan Yogyakarta, Kerajaan Ternate juga masih bertahan hingga sekarang yang mana saat ini dipimpin oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah yang menjabat sejak tahun 2016.
Dari segi umur, tentu saja Kerajaan Ternate merupakan yang sangat lama di Nusantara. Diketahui bahwa Kerajaan Ternate atau Kerajaan Gapi didirikan oleh Momole Ciko dengan gelar Baab Mashur Malamo pada tahun 1257 dan mulai terasa pengaruhnya hingga abad ke 19.
Saat ini, kita bisa menyaksikan beragam warisan sejarah dari Kerajaan Ternate di masa lampau. Berikut beberapa di antaranya.
- Keraton Kesultanan Ternate
Keraton Kesultanan Ternate |
Keraton atau istana ini dibangun pada 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali. Bangunan bersejarah tempat Sultan Ternate memerintah ini memiliki luas 1.500 meter persegi dengan tanahnya seluas 1,5 hektare.
- Masjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate |
Diketahui bahwa keluarga Kerajaan Ternate mulai menganut agama Islam sejak raja ke-18 yaitu Kolano Marhum. Dan setelah itu, Ternate semakin memantapkan posisi mereka sebagai kerajaan bercorak Islam.
Salah satu bukti bahwa kuatnya agama Islam dalam kehidupan Kerajaan Ternate adalah dibangunnya Masjid Sultan Ternate yang terletak di Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Ternate.
Meskipun merupakan bangunan yang terkenal, namun tanggal pembangunan masjid ini belum diketahui secara pasti. Ada yang berpendapat bahwa masjid dibangun pada zaman pemerintahan Zainal Abidin atau sekitar 1486 hingga 1500.
Namun pendapat lain berkata bahwa Masjid Sultan Ternate baru dibangun pada abad ke-17.
- Makam Sultan Babullah
Makam Sultan Babullah |
Sultan Babullah merupakan sultan ke-24 yang memerintah sejak tahun 1570 hingga 1583. Berkat prestasinya yang gemilang, Sultan Babullah menjadi terkenal dan namanya terkenang indah di dalam catatan sejarah Kerajaan Ternate.
Sultan Ternate ke-24 ini dimakamkan di Puncak Bukit Foramadiahi yang merupakan kampung tertua dan tertinggi di Ternate. Posisi makam Sultan Babullah berada di bawah pohon Momo atau Pohon Dara yang sangat besar.
Baca juga : Peninggalan Kerajaan Ternate
Demi mencapai makam tersebut, seseorang perlu menempuh perjalanan menjadi Gunung Gamalama sejauh 1 km. Konon, makam Sultan Babullah memiliki bau yang unik, yaitu perpaduan dupa dan pandan.
- Benteng Tolukko
Benteng Tolukko |
Warisan sejarah Kerajaan Ternate yang berikutnya adalah Benteng Tolukko. Inspirasi pemberian nama benteng ini memiliki dua versi. Pertama, nama Tolukko diambil dari nama Sultan Ternate yang memerintah pada tahun 1692 bernama Kaicil Tolukko.
Sumber yang kedua berpendapat bahwa nama Tolukko merupakan bentuk pelafalan orang Ternate kala itu saat menyebutkan nama Santo Lucas. Karena kurang jelas dalam melafalkan nama itu sebagai Tolukko, maka benteng ini pun dinamakan semacam itu karena dianggap Santo Lucas merupakan nama asli benteng ini.
Baca juga : Silsilah Kesultanan Banten
Benteng Tolukko berdiri di Kelurahan Sangaji, Ternate Utara atau tepatnya di Bukit Batu. Hingga saat ini, Anda masih dapat melihat benteng bersejarah ini dalam keadaan yang masih kokoh dan utuh.
8.Kesultanan Malaka
Secara geografis, Kesultanan Malaka berada di wilayah Malaysia saat ini. Wilayah kekuasaannya juga mencapai Riau, Indonesia. Meskipun berada di wilayah Malaysia, namun raja pertama Kesultanan Malaka, yaitu Parameswara atau Sultan Iskandar Syah memiliki keturunan langsung dengan Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan besar di pulau Jawa sebelum Majapahit.
Namun, karena penyerangan Majapahit yang membuat Sriwijaya kalah, Parameswara langsung melarikan diri ke Malaka dan mendirikan Kesultanan Malaka di sana sekaligus memeluk agama Islam.
Detik-detik kehancuran kesultanan ini dimulai sejak banyaknya pemberontakan dari kerajaan-kerajaan bawahan. Keadaan ini diperburuk oleh serbuan pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.
Penyerangan tersebut membuat Kesultanan Malaka runtuh dan raja terakhirnya, yaitu Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan akhirnya meninggal di Kampar dua tahun kemudian. Meskipun sudah hancur, namun kita masih bisa melihat sisa-sisa kejayaan Kesultanan Malaka melalui beberapa peninggalan sejarahnya berikut ini.
- Masjid Agung Deli
Masjid Agung Deli (sumber:Wikipedia) |
Saat ini Masjid Agung Deli lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan atau Masjid Raya Al Mashun. Seperti namanya, lokasinya berada di Jalan Sisingamangaraja No.61, Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909 dengan melibatkan arsitek dari Belanda bernama JA Tingdeman.
Baca Juga : Bukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Mengapa harus arsitek dari Belanda? Karena memang pada saat itu belum ada arsitek pribumi.
Salah satu yang terkenal dari masjid agung ini adalah adanya Alquran yang berusia sangat tua dan masih bisa terbaca jelas terpajang di pintu masuk jamaah laki-laki.
- Benteng A’Famosa
Benteng A Famosa (sumber : Wikipedia) |
Benteng A Famosa didirikan oleh Alfonso de Albuquerque pada tahun 1511 di Malaka. Benteng ini dibangun saat Portugis tiba di Malaka dan menghancurkan Kesultanan Malaka di sana. Dengan usianya yang sangat tua, Benteng A Famosa menjadi benteng pertama di Asia Tenggara.
Bisa dikatakan bahwa benteng ini menjadi batu loncatan bangsa Portugis untuk memperluas wilayahnya di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1641, benteng ini runtuh karena serangan Belanda dan saat ini tinggal puing-puing karena tindakan Inggris di abad ke-19.
- Masjid Johor Bahru
Masjid Johor Bahru (sumber : Republika) |
Seperti namanya, Masjid Johor Bahru ini terletak di Johor, Malaysia. Masjid Johor Bahru juga memiliki nama lain, yaitu Masjid Abu Bakar. Nama Abu Bakar dipilih karena mengambil nama seseorang yang mau menyumbangkan dana sebesar $400.000 demi kesuksesan pembangunan masjid besar ini pada tahun 1892.
Masjid besar ini berbentuk bujur sangkar dengan empat menara. Penampakan Masjid Johor Baru memiliki kesamaan dengan gaya arsitektur masjid-masjid di wilayah Asia Barat, misalnya Mesir. Masjid ini sangat besar sehingga mampu menampung sebanyak 3.000 jamaah secara bersamaan.
- Hikayat Hang Tuah
Hikayat Hang Tuah (sumber : Wikipedia) |
Hikayat Hang Tuah merupakan cerita rakyat Riau yang cukup terkenal. Menceritakan seorang yang kuat dan pemberani bernama Hang Tuah, anak dari Hang Mahmud dan Dang Merdu yang tinggal di Bintan.
Hang Tuah memiliki kesetiaan yang sangat tinggi kepada raja meski beberapa kali hampir dibunuh karena mendapat fitnah yang kejam. Namun karena banyak orang mengetahui bahwa fitnah tersebut tidak benar, Hang Tuah selalu selamat dari hukuman karena fitnah tersebut.
Baca juga : Nama Baju Adat Banten
Saat itu ia sempat terkena serangan meriam dari Portugis dan terlempar. Namun akhirnya tetap selamat karena kedua belah pihak sama-sama memiliki pemimpin yang terluka.
Hikayat ini diakhiri dengan masa tua Hang Tuah yang dihabiskan untuk menyepi di puncak bukit Jugara di Malaka Mat.
- Mata Uang
Mata Uang Malaka (sumber : Selasar) |
Seperti negara dan kerajaan lainnya, Kesultanan Malaka juga memiliki mata uang. Hal ini mendukung kegiatan perdagangan di dalam negeri kesultanan tersebut. Salah satu temuan mata uang Kesultanan Malaka yang cukup terkenal ada di Benteng A’Famosa. Hal ini menjadi bukti bahwa adanya kegiatan perdagangan yang bagus di dalam kesultanan tersebut.